The Plebeian Day.

--

The third day, Theodore tidak bisa mengajak Kalea untuk pergi ke mana pun because apparently, his schedule is hectic for that day. Dari pagi sampai siang, Theodore harus menghadiri kelas tersebut atau tidak, he won’t be able to catch up with the lessons or assignments. Pagi hari sebelum Theodore berangkat kuliah, Kalea pun sudah terbangun dari tidurnya, dirinya sedang sikat gigi saat itu.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“Babe?”

“Mmm?”

“Aku berangkat dulu ya? I’m sorry I couldn’t accompany you today.”

“Gak apa kok, Theo! Kamu kelas dulu, kan masih bisa pergi nanti malam atau besok ya? Kalau kamu gak capek?”

“Yes.. I wish that I can take you with me.”

“Gak boleh, Ihh!

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Kalea mengernyit spontan sedangkan Theodore hanya bisa terkekeh jahil, gemas melihat tingkah Kalea saat itu. Pemuda yang lebih mungil itu pun terhenti dalam aktivitasnya menggosok giginya, and Theodore thought it was a great chance. Thus, he didn’t waste more time to sneak his arms around Kalea’s body and pulled him closer. Kalea yelped loudly, sikat gigi miliknya jatuh ke lantai dikarenakan Ia kaget dengan jarak di antara tubuh mereka yang sirnah seketika. Tanpa basa basi, Theodore pun menangkup kedua pipi Kalea sebelum mendaratkan sebuah ciuman lembut nan kilat pada bibir basah milik Kalea.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“…”

“I need my daily dose of morning kiss!”

“Silly, Theo~ All you have to do is ask!”

“Iyaa, tapi kamu lagi sikat gigi? Nanti ngomel sama aku kalau aku minta cium.”

“Ada aja sih ngelesnya? Udah sana, kuliah dulu yang bener!”

“Iya, Mamaa!”

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Kalea spontan memukul kepala Theodore keras mendengar candaan yang keluar dari mulut Theodore. Theodore pun segera melepas pelukan dari tubuh Kalea seraya tersenyum lebar dengan sumringah.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“Mama mama! Enak aja!”

“Iya, Mama dari anak-anak kita nanti, Babe!”

“APAAN SIH THEOOO!!!”

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Kalea berteriak layaknya anak kecil dan Theodore pun segera berlari meninggalkan kamar mandi beserta kamar asramanya, kabur dari omelan maupun pukulan yang akan didaratkan oleh Kalea. Tentu saja Theodore jauh lebih cepat, Kalea pun hanya bisa menghela napas panjang, pasrah melihat tingkah Theodore tersebut. Kalea menunduk, mengambil sikat giginya dari lantai, membersihkannya barulah menuntaskan aktivitasnya untuk gosok gigi. Ia memilih untuk lanjut mandi, meskipun masih cukup pagi dan Ia masih bisa menghabiskan waktu untuk malas-malasan ataupun kembali tidur.

Half of an hour later, Kalea found himself sauntering around New York City alone. Ia tidak membawa banyak barang, a totebag filled with his phone, his wallet, his little diary he always bring everywhere, Kalea menyusuri jalanan New York yang tidak pernah sepi dan tertidur. Dengan ponselnya, Kalea mengambil banyak foto pemandangan kota tersebut. He has the chance and time, why not? Tidak ada arah atau tujuan tertentu, Kalea membiarkan kedua kakinya membawanya ke mana pun Ia pergi. Yang penting, Ia masih punya maps yang akan menuntunnya untuk kembali ke asrama Theo.

Kalea tidak tahu berapa lama Ia sudah berkeliling di kota tersebut. Yang Ia ingat, Kalea sudah singgah di kafe langganan Theo untuk makan sarapan dan minum kopi. Lalu, Ia sudah makan siang di restoran cepat saji yang terkenal cukup murah di sana, lalu beberapa kali, singgah untuk jajan es krim maupun snack-snack lainnya. Ketika Kalea ingin duduk, tiba-tiba saja HPnya bunyi, menandakan bahwa ada pesan masuk, beberapa kali. Tanpa ragu, Kalea pun mengambil ponselnya dan membaca pesan masuk yang dikirimkan oleh Theodore.

The Morgan Library, Kalea segera mengetik nama perpustakaan tersebut dan dalam hitungan detik, Ia berhasil mendapatkan arah ke mana Ia harus pergi. Untunglah tidak terlalu jauh, sekitar 10 menit setelahnya, Kalea pun sampai di dalam perpustakaan unik tersebut. Sudah banyak pemuda lainnya yang sampai dan bercengkrama dalam perpustakaan tersebut, Kalea pun menangkap sosok Theodore dan Ia pun segera menghampirinya. Theodore pun yang awalnya sibuk membaca buku, segera mengalihkan atensinya kepada Kalea dan tersenyum lebar.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“Everyone! Kalea nih, he’s been visiting this country for days. Please take a good care of him ya?”

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Semua mahasiswa maupun mahasiswi yang berkumpul di sana pun menyapa Kalea dengan wajah ceria, beberapa datang menghampirinya untuk memperkenalkan diri mereka dan dengan senang hati, Kalea melakukan hal yang sama. Setelah selesai, barulah Ia duduk di samping Theodore dan membantunya mengerjakan tugas yang harus Ia selesaikan hari itu. Kalea pun tidak menghitung berapa lama Ia membantu Theodore, yang Ia tahu, Ia segera pergi ke toilet untuk mencuci mukanya. Dan di sana, seorang pemuda yang tidak kalah tinggi dengan Theodore mendekatinya.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“Kalea ya?”

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Kalea memutar badannya sedikit dan menatap pemuda tersebut, Ia pun menganggukkan kepalanya sekali.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“Iya. Kamu siapa ya…?”

“Arzhel here, nice to meet you ya.”

“Nice to meet you too, ArzhelKamu temannya Theo ya?”

“Teman sih, gak terlalu deket but I’m in the same class as him.”

“I see..”

“Kamu pacarnya Theo ya?”

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Kedua mata Kalea spontan terbelalak mendengar pertanyaan yang terkesan sangat blak-blakan dari Arzhel. Kedua pipinya memerah sebelum Kalea segera menggeleng perlahan kepalanya.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“Gak kok! We’reWe’re just friends..”

“Really?”

“For real!”

“Huh.”

“Kenapa emangnya?”

“Gak apa sih. Berarti boleh tukeran kontak? I rencananya mau jalan-jalan ke Indo lagi, maybe we can hanging out together?”

“Jalan ke Indo?”

“Aku udah tinggal di sini dari kecil sih, jarang banget visit Indonesia.”

“Ooo, I see! Boleh! Boleh!”

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Kalea dan Arzhel pun segera bertukar kontak dengan satu sama lain, meskipun mereka masih berdiri di tengah-tengah toilet yang sepi dan seperti tidak sering dipakai oleh para pengunjung perpustakaan tersebut. Mereka pun tidak lupa bertukar cerita, yang lebih didominasi dengan Arzhel bercerita tentang dirinya, Theodore maupun apa yang mereka jalani saat itu seperti kelas, tugas, dan hal-hal lainnya. And at the end, he talked about Theodore.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“Theo gak pernah punya pacar pas di Indonesia ya?”

“Humm? Ada sih, emang kenapa..?”

“Oh? Ada? Berarti dia beneran punya pacar? Masih hubungan sampai sekarang ya?”

“Kenapa? Kok penasaran banget kamuu?”

“Yaa.. Dia sering banget tuh skip party party, pas digodaiin mau ketemu pacar, dia bilang iya.”

“Oh…”

“Tapi aneh… Sekarang kan dia lagi deket sama — “

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Perkataan Arzhel terpotong ketika tiba-tiba pintu besar toilet terbuka dan sosok Theodore muncul, memecah konsentrasi maupun perbincangan mereka berdua. Theodore terlihat cukup bingung dan panik seraya berjalan mendekati sosok Kalea.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“God! Aku kira kamu ke mana…”

“I’m sorry, Theo. Aku gak nyadar ngobrol di sini lama.. Kamu nyariin aku ya?”

“Iya, aku kira kamu nyasar atau gimana gitu.”

“Gak kok. Don’t be afraid, hmm?”

“Alright. Let’s go home?”

“Okay!”

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Kalea pun menganggukkan kepalanya cepat, mengiyakan ajakan Theodore untuk kembali ke asramanya. Sebelum pergi, Kalea melirik ke arah Arzhel, Ia tersenyum lebar dan membisikkan, ‘Talk to you soon,’ kepada sang pemuda dan Arzhel pun menganggukkan kepalanya sekali. He didn’t know that Theodore, glared at Arzhel, with an unknown motive lying underneath the deep gaze. Mereka berdua pun pamit dari acara gathering tersebut dan kembali ke asrama Theodore.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

“Tadi dia ngapain?”

“Hmm?”

“Si Arzhel itu?”

“Oh? Dia cuma minta kontak ke aku kok. Katanya mau liburan ke Indo lagi, mau ketemuan nanti.”

“Oh…”

“Gak boleh, sayang?”

“Gak, gak! Boleh kok, babe. Tumben aja dia bisa gercep begitu.”

“Haha, udah lah. Mau mesen takeout?”

“Ayo!”

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Kalea pun tidak mengingat perkataan Arzhel yang terpotong tadi, terdistraksi dengan Theodore yang dengan usil memainkan jemari dan tangannya di sekujur tubuh Kalea. Bukannya memesan makan malam, mereka malah berakhir di atas ranjang kecil milik Theodore, menghabiskan malam dengan bercinta dan pada akhirnya, mengakhiri hari dengan bersih-bersih dan memasak mie instan yang tersedia di dapur umum asrama tersebut. Such a good distraction, away from the calamity which might disrupt their peaceful time, in the future.

--

--

No responses yet